KH. Anwar alwi dilahirkan pada tanggal 3 Romadlon, 1291 Hijrah ke Klaten Jawa Tengan. Dari pasangan KH. Alwi dan Nyao Hj. Sholikhah. KH. Anwar adalah putra kedua dari empat bersaudara masing-masing adalah :
1. Ny. Warsitah Alwi
2. KH. Anwar Alwi
3. K. Mussorib Alwi
4. K. Manshur Alwi
B. Hijrah ke Timur
Pada zaman kolonial belanda, penduduk di daerah klaen dipaksa oleh kompeni untuk menanami sawah dengan tanaman tebu. Untuk mengawasi pekerjaan penduduk itu juga diangkat seorang sinder atau mandor yang asli orang belanda sendiri. Sudah barang tentu sikap mandor ini kurang bersahabat dan cenderung congkak kepada warga pribumi.
Saat itulah K. Alwi salah seorang tokoh masyarakat merasa terhina. Saat bersama panduduk menggali parit untuk menanam tebu, beliau yang melihat mandor yang petentang-petenteng tersebut langsung saja mengambil tindakan. Mandor belanda tersebut dikubur hidup-hidup. Akibat perbuatannya itulah beliau menjadi target operasi dari kompeni belanda untuk dibunuh.
Merasa jiwanya terancam K. Alwi pergi kesumatra namun bukan belanda jikalau tidak dapat menemukan keberadaan beliau. K. Alwi pun akhirnya pulang dan pamid kepada ayah handanya yaitu K. daud untuk hijrah kearah timur yang tepatnya berada di desa cukir. Tapi sayang di desa Cukir ternyata ada pabrik gula milik belanda. Untuk menjaga kemungkinan yang tidak di inginkan akhirnya K. Alwi pindah ke desa terpencil di sebelah utara Cukir yaitu Paculgowang Kecamatan Diwek Kab. Jombang. Disitulah kemudian K. Alwi menetapdan berdakwah untuk mendidik masyarakat agar memahami Agama Islam pada waktu umur KH. Anwar kira-kira 23 tahun.
C. Riwayat Pendidikan KH. Anwar
Si kecil anwar mendapat pendidikan langsung dari ayah handanya. Gemblengan dan keteladanan dari K. Alwi mampu membuat anwar kecil mampu menjadi anwar kecil menjadi anak yang berbudi luhur, dopan dan menjadi tauladan bagi anak-anak sebayanya. Anwar selalu saja haus akan ilmu pengetahuan agama yang beliau pernah terima dari ayah handanya, yang akhirnya membuat beliau ingin belajar kepondok pesantren yang lain. Beliau pernah menjadi santri di beberapa pondok pesantren yang antara lain :
1. Pondok Pesantren Wonokoyo Jogoroto Jombang
2. Pondok Pesantren Tenggilis Wonokromo Surabaya
3. Pondok pesantren Panji Sidoarjo
4. Pondok Pesantren Bangkalan Madura
Di Pondok Pesantren Bangkalan Madura ada kisah yang unik mengenai beliau. Ketika beliau datang kebangkalan beliau di kejar-kejar oleh Almaghfirullah Syaichuna KH. Kholil Bangkalan. Tetapi itu berubah dalam beberapa hari saja. Anwar dulu yang dikejar-kejar oleh kyainya sekarang menjadi salah satu santri kesayangan dari Kyai Kholil. Banyak sekali teman-teman satu angkatan Kyai Anwar di Pondok Pesantren Bangkalan yang menjadi Ulama’ dan tokoh-tokoh besar lainnya diantaranya : Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari (Tebuireng), KH Abdul Karim (Lirboyo), KH. Ma’ruf (Kedunglo Kediri) dan lain-lain.
Setelah empat tahun di bangkalan Kyai Anwar dikabari oleh orangtuanya di Paculgowang bahwa Kyai Alwi dan Nyai Sholikhah akan berangkat untuk menunaikan ibadah haji. Dengan berat hati beliau harus berpisah dengan guru yang paling dicintainya itu untuk pulang ke Paculgowangdan berangkat untuk menuaikan ibadah haji bersama kedua orang tua beliau.
Kira-kira pada tahun 1890 M K. Alwi sekeluarga berangkat untuk menunaikan ibadah haji ketanah suci. Danketika akan pulang untuk kembali ke jawa, K. Anwar memohon izin untuk tetap tinggal di tanah suci tersebut. Yang tanpa dapat disangka ternyata KH. Anwar bertemu dengan teman akrab beliau pada saat beliau menimba ilmu di Pondok Pesantren Bangkalan tersebut yaitu Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari (Tebuireng), ternyata keduanya memiliki tekad yang sama yaitu untuk menimba ilmu agama di tanah suci tersebut. Ulama’-Ulama’ besar yang menjadi guru beliau di tanah suci tersebut diantaranya adalah :
1. Syaikh Nawawi Al Bantany yaitu Ulama’ besar yang berasal dari banten yang bermukin di Mekkah yang mengarang kitab antara lain : Tafsir Munir.
2. Syaikh Makhfudz At Tirmizy yaitu Ulam’ besar yang berasal dari termas Jawa timur, yang terkenal menguasai beberapa banyak hadits. Salah satu kitab karangan beliau adalah : Minhaju Dzawin Nadlri.
3. Syaikh Khotib Al Minangkabawy yaitu Ulama’ besar yang berasal dari ranah Minang kabau yang bermukin di Makkah.
Dari beberapa Ulama’ tersebut yang paling sering di kaji oleh KH. Anwar adalah Syaikh Makhfudz At Tirmizy yang banyak sekali mengijasahkan kitabnya kepada KH. Anwar.
D. Mengasuh Pondok Pesantren
Setelah empat tahun berada di tanah suci Mekkah. KH. Alwy menunaikan Ibdah haji yang kedua kalinya sambil menjenguk putra tercintanya yaitu KH. Anwar dan mengajaknya pulang ke paculgowang bersama dengan beliau. Dan beberapa waktu setelah setibanya beliau dirumah KH. Alwi menghadap ke ilahi robbu “INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI’UN” semoga Allah SWT. Menerima segala amaliahnya dan mengampuni segala dosa-dosanya amiin.
Kedudukan KH. Alwi sebagi pengasuh Pondok Pesantren praktis pindah ke tangan KH. Anwar karena beliaulah putra tertua dari KH. Alwi. Beliau mendidik para santri berbagai disiplin ilmu agama. Banyak kitab yang dikaji oleh KH. Anwar diantaranya yaitu :
1. Assyarqowi (Fiqih)
2. Jam’ul Jamawu (Ushul Fiqih)
3. Fathul Mu’in (Fiqih)
4. Ihya’ Ulumuddin (Filsafat)
5. Tafsir Jalalain dan lain sebagainya.
Ada beberapa sistem / metode yang dipakai oleh KH. Anwar untuk mengajar para santri yaitu antara lain :
1. Sistem Sorogan (murid menghadap kepada guru) yang dimulai dari ba’da subuh sampai pkul 06.30 pagi.
2. Sistem Wethonan (Kajian Kitab besar yang memakan banya waktu agak lama minimal setengah tahun) yang biasanya dimulai dari pukul 07.00 s/d 11.00 siang.
3. Sistem Wiridan (Kajian dengan sistem estefet / terus-menerus) yang biasanya di mulai dari ba’da ashar hingga menjelang maghrib tiba.
Pada malam hari KH. Anwar tidak pernah lalai untuk mengajak para santri untuk beribadah kepada Allah SWT.
1. Dakwah dan Perjuangan KH. Anwar
KH. Anwar adalah seorang yang bijak dalam mensyiarkan agama Allah SWT. Cara KH. Anwar dalam mengajak orang untuk beribadah adalah dengan cara mendatangi rumah orang tersebut. Beliau kurang sependapat dengan modek dakwah yang hanya ceramah dan pengajian umum. Bahkan KH. Anwar pernah diadakannya lomba pidato di Pondok Pesantren Tebuireng yang pada waktu itu ketua pondoknya adalah KH. Wahab Hasbullah (Tambak Beras). Prinsip dakwah ini rupanya ada sedikit perbedaan dengan yang dilakukan oleh Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari yang kerap berdakwah dengan cara ceramah. Walaupun begitu perbedaan ini tidak menjadikan perpisahan diantara keduanya. Bahkan keakraban keduanya seperti sulit dipisahkan, Hadratussyeikh KH. Hasyim Asy’ari sering sekali untuk mengajak KH. Anwar untuk pergi ke berbagai acara pembentukan jam’iyah yang diantaranya Nahdlotul Ulama’ (NU), KH. Anwar aktif juga mengikuti muktamar NU ke- I, II, III, IV.
Untuk urusan penjajah beliau selalu keras, bakha beliaupun pernah membuat geger masyarakat yang ada disekitarya, konon ketika itu belanda membuat sumur bor dengan ukuran besar. Masyarakat paculgowang merasa dirugikan karena sumber air sumur menjadi kering. KH Anwar kemudian mengajak masyarakat berdo’a bersama untuk memohon kepada Allah SWT. Betul beberapa hari kemudian sumur bor belanda itu macet total dan tidak dapat digunakan lagi.
KH. Anwar senantiasa aktif mengajak rakyat indonesia untuk berjihad, berjihad pada diri sendiri dengan melaksanakan Amar Ma’ruf Nahi Mungkar atau siapa saja yang merongrong agama dan bangsa, bahkan KH. Anwar dan beberapa kyai lainnya pernah dituduh oleh belanda sebagai provokator rakyat indonesia untuk melaksanakan pemogokan. Padahal hal itu dilakukan oleh PKI dan sebagaian anggota Syarekat Islam, namun akhirnya tuduhan itu dicabut karena memang beliau tidak terbukti.
Disamping memiliki ilmu yang tinggi KH. Anwar juga seorang kyai yang memiliki kelebihan, dengan mengendarai dokar beliau pernah ada kecepatan kereta api jurusan Jombang – Pare, ketika berserempetan antara dokar KH. Anwar dengan Kereta Api tersebut bukannya dokar yang ditumpangi oleh kyai Anwar melainkan Kereta Api tersebut.
2. KH. Anwar Menghadap Rohmatullah
Beberapa bulan setelah mengikuti Muktamar NU yang ke-IV di hotel arabisan kampung melayu semarang Jawa Tengah pada tanggal 17 – 20 September 1929 M, KH. Anwar tetap melaksanakan aktifitasnya sebagai pengasuh pondok pesantren paculgowang, Hari Ahad Wage 9 Jumadil Awal 1346 H / 1929 M, KH. Anwar Alwy mengakhiri pengajiannya pada jam 09.00 WIB. Pagi untuk pamid akan keluar desa, dengan mengendarai sepeda pancal beliau pergi ke desa ngelaban (sebelah timur cukir) untuk melihat-lihat genting yang akan dipasang untuk pembangunan masjid sokopuro (pondok milik menantu beliau yaitu KH. Kholil Abdul Hadi). Setelah di ngelaban beliau melanjutkan perjalanan ke sokopuro, setibanya disana beliau langsung memeriksa bagian atas dengan menaiki tangga. Tetapi karena beliau sudah udzur, beliau terjatuh dan taksadarkan diri. Memang ketika bersepeda dari ngelaban beliau juga sudah jatuh karena menabrak buk (jembatan), sementara itu masyarakat sokopuro dan para santri berusaha memberikan pertolongan yang maksimal, namun takdir berkehendak lain, KH. Anwar akhirnya meninggal dunia, “INNA LILLAHI WA INNA ILAIHI ROJI’UN” segenap kaum muslimin dan Ulama’-Ulama’ merasa sangat kehilangan seseorang tokoh yang dengan segenap jiwa dan raga untuk membela agama dan bangsa, iring-iringan masyarakat yang berkakziyah memenuhi paculgowang, walaupun jenazah beliau masih di sokopuro, setelah jenazah beliau datang segeralah diadakannya sholat jenazah berulang kali, jama’ah lain , setelah dirasa cukup akhirnya jenazah KH. Anwar disemayamkan di pemakaman desa paculgowang, semoga Allah SWT. Menerima segala amaliahnya dan mengampuni segala dosa-dosanya amiin.
0 komentar:
Posting Komentar